Penulis : Arman (Ketua Bidang Organisasi PC IMM Sidrap Periode 2019-2020).
Merefleksikan Pesan Buya Syafii Maarif Sebagai Gerakan Pencerdasan Generasi Muda
Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif adalah seorang ulama, ilmuwan dan pendidik Indonesia. Beliau lahir di Sumpurkudus, Sijunjung, Sumatra Barat, 31 Mei 1935, saat ini sudah berumur 85 tahun. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 1998-2005, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute dan juga dikenal sebagai seorang tokoh yang mempunyai komitmen kebangsaan yang tinggi.
Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif atau yang biasa disapa dengan nama Buya Syafii Maarif telah banyak memberikan kontribusi yang besar untuk bangsa dan negara, seringkali kali Buya Syafii Maarif mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat.
Buya Syafii Maarif juga dikenal sebagai tokoh intelektual Muhammadiyah dimana melalui tulisannya Buya Syafii Maarif telah melahirkan banyak karya, termasuk mendirikan Maarif Institut yang digadang-gadang sebagai pusat laboratorium pengembangan intelektual.
Buya Syafii Maarif sebagai seorang tokoh bangsa tentunya memotivasi kalangan muda untuk menjadi manusia yang merdeka baik dalam pikiran maupun perbuatan. Begitu banyak pesan moral yang sering kali keluar dari ucapan beliau dan meresap didalam hati seseorang yang mendengarkannya.
Dalam tulisan ini saya mencoba menerjemahkan pesan moral Buya Syafii Maarif untuk memotivasi kalangan muda agar bangkit dari belenggu zona nyaman dan bangkit melakukan gerakan pencerdasan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Berikut pesan Buya Syafii Maarif.
Berpikir Terbuka
Sebagai generasi muda penerus bangsa, harus mampu bijak dalam berpikir. Orang yang bijak dalam berpikir adalah dia yang tidak menenteng buah pikiran orang lain dan tidak memaksakan kehendak pikirannya untuk diterima oleh orang lain. Seseorang berpikir terbuka adalah dia yang mendengarkan hasil pikiran orang lain dan menerima segala ide dan masukan untuk dipertimbangkannya serta menjadikannya sebagai bahan refleksi sebelum melakukan aksi dalam kehidupan sosial masyarakat.
Perluas Radius Pergaulan
Dimasa saat ini generasi muda bisa dikatakan yang paling aktif dalam pergaulan terutama dalam berselancar di dunia maya, namun terkadang generasi muda melupakan esensi dari sebuah pergaulan itu sendiri. Contohnya saja saat ngumpul reunian kebanyakan semua asik dengan gadgetnya untuk update status atau story di akun medsosnya sehingga terjadilah dehumanisasi yang bisa saja berimplikasi terhadap kerenggangan sebuah silaturahim.
Pergaulan generasi muda masa kini beda dengan dulu, dimana perbincangan lebih seru di media sosial dengan emoticon dan stiker terupdate daripada tatap muka langsung. Inilah yang kemudian membuat pergerakan generasi muda saat ini menjadi mandeg dan tentunya harus berbenah secepat mungkin kalau tidak mau menjadi budak teknologi.
Dalam sebuah hadits senyum kepada saudara adalah bentuk sedekah yang paling sederhana yang dimana mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama serta aktif dalam bergaul dengan batasan-batasan yang telah diatur oleh agama.
Mulai dari sekrng generasi muda harus membangun jaringan komunikasi dengan stekholder yang ada tanpa melupakan keluarga, kerbat maupun teman, untuk bekerjasama dalam memajukan bangsa dari kejaran sifat kemalasan dan dehumanisasi yang terus menghantui. Saat ini generasi muda harus berpikir lebih keras bagaimana menjadi generasi yang bisa diandalkan untuk bersaing di kancah internasional.
Membaca
Sebagai generasi muda tentunya diharapkan bisa menjadi pemimpin di masa yang akan datang, namun sebelum itu kita harus memperkaya diri dengan ilmu agar segala bentuk aktivitas kita didasari dengan ilmu pengetahuan serta dapat bijak dalam mengambil sebuah keputusan. Salah satu modal dasar yang bisa dilakukan oleh generasi muda adalah dengan memperbanyak bacaan, baik dalam bidang disiplin ilmunya masing-masing maupun dalam aspek kehidupan sosial dan kebangsaan. Dalam sirah pun Nabi Muhammad saw menerima wahyu pertama dari Allah swt. melalui perantara malaikat Jibril yaitu surah Al-Alaq, dimana wahyu pertama berbunyi iqra yang artinya bacalah. Hal ini menunjukkan bahwa kita memang dituntut untuk membaca keadaan zaman saat ini namun tidak melupakan bacaan-bacaan secara tekstual juga.
Dengan membaca maka kita akan tau bahwa masih banyak yang belum kita ketahui, sehingga membuat kita menjadi rendah hati dan tidak menjadi manusia sombong serta memotivasi diri kita untuk terus mengupgrade diri agar menjadi manusia yang memiliki nilai dan kualitas hidup.
Merdeka Dalam Hidup
Sebagai generasi muda kita harus menjadi manusia merdeka dalam hidup, merdeka dalam hal ini adalah mampu mengontrol hawa nafsu yang kerapkali menjatuhkan kita kedalam lembah kemaksiatan.
Untuk merdeka dalam hidup kita harus membekali diri kita dengan iman sehingga nilai-nilai keilahian kita tidak mudah untuk digoyahkan oleh siasat-siasat setan yang terus membisikkan janji-janji manisnya. Kemudian selanjutnya adalah Ilmu, ilmu sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang, dengan bekal ilmu kita tidak mudah untuk dibodoh-bodohi. Terakhir, bekal yang harus dimiliki untuk merdeka dalam hidup adalah amal, dengan perpaduan iman dan ilmu maka seseorang mampu beramal secara proporsional.
Dengan kata lain manusia yang merdeka dalam hidupnya adalah dia yang memiliki iman yang kokoh dalam dirinya yang dilihat dari kecerdasan yang dimiliki dalam beramal.
Membaca pesan dari Buya Syafii Maarif diatas dapat kita menarik kesimpulan bahwa untuk memulai gerakan pencerdasan sebagai generasi muda, kita harus menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada diri kita yang kemudian harus kita Istiqomah kan dalam kehidupan sehari-hari.
Generasi muda tidak boleh memiliki pikiran yang sempit dan dangkal, melainkan terbuka dan bijak dalam berpikir. Generasi muda perlu memperluas radius pergaulannya agar tetap menjaga hubungan silaturahim sesama makhluk sosial. Dengan memperbanyak bacaan akan menambah wawasan dan memperkaya diri dengan ilmu. Merdeka dalam hidup adalah haq setiap orang untuk dijalani, maka dari itu untuk menjadi manusia yang merdeka perlu kemudian menanamkan nilai-nilai iman dan semangat dalam belajar serta bijak dalam berbuat.
Komentar
Posting Komentar