IMMawati Marsya Ramli
Mahasiswa UMS Rappang
Prodi Pendidikan Bahasa
Tangisan bersahutan di ujung lorong
Penguasa kebingungan
Mengatur kedisiplinan tanpa paksaan
Kesadaran jadi jalan kunci kebijakanBanyak yang acuh tak acuh
Kelalaian masyarakat membuat ibu pertiwi menangis
Ekonomi mulai goyang
Sektor informal kehilangan pelanggan
Banyak karyawan diPHK
Kini harus merintih
Tak kunjung temu jurus ampuh memutus penularan
Tenaga medispun ikut korban
Memeluk kematian menjadi keharusan
Bumi sedang tidak baik-baik saja
Tanyakan pada waktu kapan kiranya penderitaan di bumi beralalu?
Menyerah atau bertahan hanya waktu yang berbicara
Wabah datang bukan untuk eradikasi
Bukan juga sebagai alat pembasmi
Bumi, membungkam kesombongan manusia
Apa yang harus disombongkan sebetulnya?
Terkadang kita manusia terlalu banyak permintaan
Tapi kurang merendah pada Sang Pencipta
Sadarlah disaat tuhan memberikan kebahagiaan
Malah kadang kala kita lupa asal kebahagiaan itu
Mencoba bertanya pada cermin tentang siapa diri ini?
Pantaskah kita disebut manusia?
Makhluk distingtif dengan akal dan budi
Lihatlah, ini tentang kesombongan diri Tentang hati yang penuh materi duniawai
Tuhan hanya ingin kita kembali
Tuhan hanya rindu dengan hati yang dulu kita tambatkan padaNya
Dengan lisan yang dulu kita sematkan namaNya
Segeralah rujuk ke sajadah
Mengisolasi dalam sujud
Meminta pertolongan hanya kepadaNya
Lantas ditangani oleh doa
😉😉
BalasHapus