Langsung ke konten utama

"PERSPEKTIF AKTIVIS MENCERAHKAN DAN MENCERDASKAN SEBAGAI WUJUD PERAN RAHMATAN LIL 'ALAMIN"

Arman Ketua Bidang Organisasi PC IMM Sidrap Periode 2019-2020



Bulo Wattang, Kamis, 18 Juni 2020

Berbicara tentang aktivis tentunya tidak asing lagi ditelinga mahasiswa terutama yang bergelut di dunia organisasi kemahasiswaan yang ada di perguruan tinggi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia aktivis merupakan orang yang termasuk dalam anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita, yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya, atau dengan kata lain seseorang yang menggerakkan aktivitas-aktivitas organisasi.

Seorang aktivis tentunya memiliki tanggung jawab besar sebagai agen of change dan social of control sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat sangat strategis dalam memberikan kontribusi positif dalam menjawab dinamika sosial yang kekinian.

Untuk itu aktivis yang berada dilingkungan perguruan tinggi hendaknya tidak hanya sekedar menjadi mahasiswa formal saja tetapi ilmu yang didapatkan di bangku kuliah, ruang-ruang diskusi, kajian maupun seminar hendaknya dijadikan bekal dan modal. Kapasitas keilmuan dan manajemen organisasi harus dipadukan agar tidak kaku dan gagap ketika dihadapkan langsung dengan persoalan sosial.

Dengan tanggung jawab besar yang dipikul oleh seorang aktivis sebagai agen of change mengharuskan melakukan gerakan mencerahkan dan mencerdaskan dilingkungan masyarakat sebagai bentuk wujud peran rahmatan lil 'alamin.

Gerakan mencerahkan harus ditanamkan dalam diri setiap aktivis yang kemudian diaktualisasikan dalam bentuk amar makruf nahi mungkar. Amar makruf nahi mungkar sendiri adalah tugas pokok setiap orang tak terkecuali seorang aktivis yang selalu ingin diakui keberadaannya ditengah-tengah masyarakat, berbagai cara harus dimaksimalkan untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat karena orang terbaik dimata Islam adalah mereka yang memberi manfaat untuk orang lain.

Seorang aktivis harus mampu menghegemoni masyarakat untuk melawan penyakit mental yang cenderung hedonis, konsumtif, dan menerabas, yang menyebabkan negara kita tertinggal dari negara-negara lain. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk karakter pada setiap individu sehingga muncullah sifat keteladanan, keadilan, kejujuran, kebenaran, keberanian, kedisiplinan, dan tanggung jawab (mengutip perkataan Prof. Haedar Nashir).

Selain gerakan mencerahkan seorang aktivis juga harus melakukan gerakan mencerdaskan sebagai wujud rahmatan lil 'alamin. Mengingat pesan moral dalam naskah pembukaan UUD 1945 negara republik Indonesia yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa" yang telah menjadi hal mendasar untuk terus melakukan gerakan pencerdasan untuk masyarakat.

Gerakan mencerdaskan bukan hanya terfokus pada peningkatan kecerdasan intelektual saja, tapi harus juga menyentuh wilayah emosional dan moral agar ilmu yang didapatkan sejalan dengan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Negara Indonesia sesungguhnya masih berjuang bagaimana membebaskan diri dari berbagai ketertinggalan menuju kehidupan yang berkemajuan di segala bidang. Tantangan negara Indonesia semakin besar dengan adanya persaingan dari negara-negara lain yang lebih progresif dan sistematis ditengah kondisi kehidupan aktual  yang semakin kompleks, sehingga menuntut aktivis melakukan gerakan-gerakan yang bersifat alternatif.

Karenanya aktivis masa kini perlu mengkaji dan memperbarui strategi langkah-langkah gerakan mencerahkan dan mencerdaskan agar selain dapat merawat ghirah amar makruf nahi mungkar juga tetap menjadi pribadi ulil al-bab yang senantiasa berperan dalam konteks rahmatan lil 'alamin.

Menjadi seorang aktivis memang tidaklah mudah, butuh proses yang panjang, ditimpa, dan diuji oleh berbagai tantangan sosial sehingga kelak menjadi aktivis yang mampu mencerahkan dan mencerdaskan untuk umat, bangsa dan negara. Tetap berusaha semaksimal mungkin dengan segala potensi yang dimiliki, karena harapan masyarakat dan harapan bangsa ada ditangan pemuda sebagai calon pemegang tampuk pimpinan.

Mengutip perkataan dari Prof. Haedar Nashir "masa depan itu milik orang-orang yang mau berjuang, semuanya tergantung pada kemauan, kesungguhan, kerja keras dan selalu berbuat baik pada orang". Teruslah berusaha untuk menjadi yang terbaik karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kalau bukan kaum itu sendiri yang berusaha untuk mengubahnya.
Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merefleksikan Pesan Buya Syafii Maarif Sebagai Gerakan Pencerdasan Generasi Muda

Penulis : Arman (Ketua Bidang Organisasi PC IMM Sidrap Periode 2019-2020).

Memperingati Hari Kesakitan Pancasila 1 Oktober - IMMawati Ayu Santri

  PC IMM KAB SIDRAP Peringatan hari kesaktian Pancasila dilakukan setiap tanggal 1 Oktober setiap tahunnya. Secara garis besar peringatan Hari Kesaktian Pancasila untuk mengenang kembali jalannya sejarah di masa lalu dalam mempertahankan ideologi bangsa. Adanya Hari Kesaktian Pancasila juga bisa dilakukan atas dasar mengenang dan menghormati jasa para pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa gerakan 30 September atau lebih banyak dikenal dengan sebutan G30S/PKI. Awalnya peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini hanya dilakukan oleh Angkatan Darat. Kini Hari Kesaktian Pancasila menjadi salah satu Hari Nasional yang diperingati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Peringatan ini bertujuan agar bangsa Indonesia mengingat kembali peristiwa Gerakan 30 September (G30S/PKI) dan juga untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa tersebut. Mengenang latar belakang penetapan Hari Kesaktian Pancasila, G30S/PKI merupakan bagian dari sejarah kelam bangsa Indonesia. Dalam peristiwa tersebut, 6 orang