KAPAN KITA MERDEKA?
Kemarin saya diskusi dengan seorang mahasiswa yang pernah saya temui di sebuah forum. Diskusi itu bertepatan dengan tanggal kelahiran bangsa, dimana rakyat hingga birokrat sedang menggebu-gebunya meneriakkan kata merdeka yang memang jika ditinjau dari segi sejarah, 76 tahun lalu negara ini telah mencapai kemerdekaan ditandakan dengan melepaskan dirinya dari belenggu penjajahan bangsa lain.
Meski saat ini dunia, terkhusus bangsa indonesia sendiri tengah dilanda krisis sebab pandemi yang belum juga terlihat ujungnya. Tetapi tetap saja euforia kemerdekaan tidak surut, dilihat diberbagai media baik itu media konvensional maupun media sosial. Diskusi saya pada waktu itu dimulai dengan pertanyaan yang dilontarkannya. "Apa itu merdeka? Dan siapa yang merdeka?", tanyanya. Lantas sejenak saya terdiam, serasa lidah dihujam oleh kopi panas tanpa gula. Seperti yang saya tuliskan tadi, memang jika dilihat dari berbagai referensi sejarah, negara ini telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 agustus 1945 yang dibacakan langsung pada waktu itu oleh presiden pertama kita Bung Karno. Tapi benarkah saat itu kita sudah merdeka sampai saat ini?
Terlihat pertanyaan tadi ketika dilihat kulit luarnya hanyalah pertanyaan yang sangat mendasar, bahkan anak usia sekolah dasar pun mampu menjawab nya. Namun ketika kita dalami sampai benar-benar mencapai 'dasar'nya kemudian dikorelasikan dengan realitas dan masalah-masalah yang sering terjadi saat ini, kita dan bisa jadi orang lain pun akan menanyakan hal yang serupa "Siapa yg sebenarnya merdeka?".
Sebelum lebih jauh, perlu terlebih dahulh kita samakan perspektif kita tentang apa itu merdeka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merdeka mempunyai tiga arti, yaitu : Pertama, bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri; Kedua, tidak terkena atau lepas dari tuntutan; Ketiga, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa. Disini dapat kita tarik kesimpulan bahwa Merdeka adalah kondisi kebebasan suatu individu maupun kelompok individu atau bisa juga diartikan sebagai ketidak adanya tekanan dari luar terhadap individu maupun kelompok individu. Misalnya dalam diri individu, dia berhak melakukan apapun yang dia mau tanpa intervensi dan larangan dari orang lain, maka individu tersebut bisa dikatakan merdeka.
Kata merdeka inilah yang kerap kali kita dengar dan yang katanya telah kita capai mulai puluhan tahun sebelumnya. Namun ketika dikaitkan dengan isu-isu yang kerap terjadi, memperlihat wajah kemerdekaan bangsa ini kian redup. Karna disamping memang kondisi krisis saat ini yang 'memaksa' pemerintah mengeluarkan kebijakan agar rakyat tetap didalam rumahnya untuk menghindari penyakit. Ada pula sikap pemerintah terutama pemimpin negara yang menurut saya mirip-mirip remaja labil. Yang pada awalnya beliau mempersilahkan rakyatnya untuk mengkrikritik dirinya dengan dalih untuk meningkatkan kualitas kinerja, namun ketika rakyat mengkritik, alih-alih meningkatkan kinerja malah dituduh tidak beretika bahkan aparatnya mengeluarkan fatwa baru yakni menghina kepala negara sama halnya dengan menghina 'lambang negara' #Sangat luar biasa :).
Inikah kata merdeka yang pahlawan kita dahulu mati-matian untuk meneriakkannya? Saya rasa tidak.
Belum lagi kasus-kasus korupsi yang kian marak lalu lalang di media. Koruptor miliaran yang telah lama jadi buron, namun ketika ditemukan dan diproses oleh hukum malah 'disunat hukumannya', begitupun dengan jaksa 'cantik' nya. Hal yang sama juga terjadi dengan pejabat yang menyilap uang bantuan untuk rakyat agar bisa bertahan hidup melalui badai krisis. Tentunya jika dipikir secara sehat, itu bukan lagi tindakan seorang manusia melainkan tindakan seorang iblis, bahkan bisa jadi iblis pun 'kagum' dengannya. Dan yang sangat membuat hati tersayat, bukannya koruptor itu dihukum dengan seberat-beratnya hukuman, malah dikurangi hukuman nya. Ini rakyat atau pejabat korup yang merdeka?. Ironis, padahal rakyatlah yang menghidupi pejabat itu. Ibaratkan uang hasil keringat seorang tukang becak yang ia gunakan untuk bisa membayar pajak, kemudian uang pajaknya itu diberikan kepada pejabat dengan harapan agar hak-hak si tukang becak itu di perjuangkan, namun pejabat tersebut malah berselingkuh dengan nafsunya dan semakin memangkas hak si tukang becak. Jadi siapa yang merdeka? Masih pantaskan rakyat saat ini meneriakkan kata merdeka? Ketika keluhannya tidak pernah didengar dan tdk dipedulikan, apakah itu merdeka?.
Pertanyaan lain pun muncul, jika saat ini indonesia belum mencapai kemerdekaan itu jadi kapan kemerdekaan itu bisa dicapai secara utuh?. Dr. Yusuf Al-Qardhawi seorang ulama besar Indonesia pernah berkata ketika ingin melihat masa depan dari suatu bangsa maka lihatlah generasi mudanya. Di umur bangsa yang sudah jauh melebihi setengah abad ini harusnya menjadikan kita para generasi muda bangsa tersadar. Berbagai macam peristiwa dimasa lampau yang menunjukkan pengaruh besar generasi muda dalam membangun peradaban bangsa, tentunya dapat pula dijadikan sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik. Dimulai dengan berdirinya budi utomo di tahun 1908, peristiwa sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928, peristiwa rengasdengklok dan proklamasi kemerdekaan 1945, hingga pergerakan mahasiswa 1998 untuk menjatuhkan orba.
Namun saat ini banyak dari kita para generasi muda yang terpaku dan memper'tuhan'kan budaya luar tapi mengesampingkan budaya sendiri. Banyak juga yang terlalu sibuk meng-paripurnakan penampilan diri sendiri namun lupa akan kondisi bangsanya. Bonus demografi pun, yang katanya bisa menjadi potensi besar untuk memajukan bangsa malah akan menjadi boomerang jika terus seperti ini. Bagaikan sebuah bom waktu yang menunggu kapan waktunya meledak. Ditambah lagi dengan kualitas sumber daya manusia kita yang mulai menurun, tidak lah heran ketika banyak tenaga kerja asing yang didatangkan dari luar negeri . Maka ketika ditanya kapan kita merdeka? Jawabannya adalah kapan generasi muda mau berubah atau kapan kita mau bergerak kearah yang lebih baik lagi.
Ketika kita telah melihat realitas kebangsaan yang terjadi, harusnya kita mulai memperbaiki diri dan menyusun inovasi-inovasi yang akan menjadi solusi untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada. Perlu juga kita pahami bahwa, bukanlah lagi masanya kita saling menjatuhkan satu sama lain guna meningkatkan pamor masing-masing. Sekarang masanya kita berkerja sama, kolaborasi guna mendapatkan sebuah solusi lebih baik daripada berkerja dan berpikir sendiri yang besar kemungkinan hanya akan menciptakan ilusi. Menghilangkan rasa apatis diantara kita, kembalikan kebersamaan dan kesampingkan ego masing-masing. Kitalah sebagai generasi muda harus peka dan mampu membaca keadaan. Kitalah yang harus berdiri paling depan bersuara, ketika terjadi kebijakan yang menyimpang oleh pemerintah dan menggores rakyat. Disisi lain kita juga harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan kulitas diri masing-masing, karna tidaklah mungkin warga negara lain yang akan memimpin kita, tentunya kitalah yang harus memimpin bangsa sendiri. Kemerdekaan yang sebenarnya akan tercapai ketika para generasi muda mulai bergerak untuk itu semua. Mendahulukan kepentingan umum dibandingkan kepentingan golongan salah satu langkah awal untuk perubahan. Semua itu bergantung dari siapa dan bagaimana kita para generasi muda saat ini. Bukan sebuah beban yang harus dipikul namun itu merupakan sebuah keharusan demi mencapai kata merdeka yang benar-benar MERDEKA.
Suara seadanya dari Fahmi Zaldi.
Komentar
Posting Komentar